Wednesday 13 November 2013

Tetanggamu Adalah Saudara Terdekatmu

Kalimat itu muncul diatas sebuah lembar kuisioner yang dibagikan untuk warga komplek Orion tempat tinggalku. Tak ada kata yang aneh dari kalimat diatas, yang menjadi keanehan adalah kalimat itu menjadi hambar artinya karena efek yang dihasilkan dari hasil kuisioner. 

Memang benar bahwa kita sehari-hari langsung ataupun tidak langsung kerap berhubungan dengan tetangga kita, bahkan bisa dibilang kalau di rumah ada sesuatu hal maka yang langsung kita hubungi pertama kali adalah tetangga. Bukan saudara, orang tua ataupun teman. Tetanggalah yang ada disebelah rumah kita yang menjadi penolong pertama saat kita membutuhkan.

Seyogyanya dengan kuisioner itu seharusnya dapat diketahui apakah aspirasi dari warga komplek. Namun, sangat disayangkan hasil kuisioner itu malah digunakan oleh beberapa oknum pengurus Rukun Tetangga (RT) untuk menggolkan rencana pribadi dan kelompok mereka. Merasa sudah dimenangkan oleh hasil kuisioner yang memihak para oknum tersebut, maka mereka serta merta langsung memutuskan bahwa hasil kuisioner sudah final dan tidak dapat diganggu gugat oleh warga lain. Disinilah mulai muncul perselisihan antar warga komplek perumahan, antara yang pro dan kontra hasil kuisioner.

Tujuan awal kuisioner adalah untuk mengetahui aspirasi warga yang kemudian nanti akan ditetapkan melalui rapat warga, maka yang pihak yang kontra dengan hasil kuisioner meminta pertanggungjawaban para pengurus RT akan apa yang sudah diputuskan sepihak. 

Berbagai diskusi sudah dilakukan dengan pengurus, tapi pengurus tetap berketetapan bahwa hasil kuisioner sudah final dan tidak dapat dirubah lagi. Apa efek dari kenyataan tersebut ? kondisi di perumahan seakan menjadi "medan pertempuran" kekuatan antara yang pro hasil kuisioner dan yang kontra. Masing-masing kelompok menunjukkan kekuatannya. Yang sangat disayangkan adalah para pendukung pro hasil kuisioner melakukan semacam "black campaign" terhadap lawannya. Mereka sengaja membenturkan antara warga yang satu dengan yang lain melalui "keusilan" mereka ikut campur urusan rumah tangga orang.

Sementara itu, para pengurus RT seakan tutup mata dengan yang terjadi diantara warganya, mereka bahkan dipertemuan terakhir antara pengurus RT dengan warga kontra hasil kuisioner memutuskan meletakkan tampuk kepemimpinan RT dan menyerahkannya ke pengurus yang lebih tinggi yaitu RW. Keputusan itu menjadi bola panas lagi, karena seakan pengurus RT tidak mau menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Hingga saat ini suasana masih panas di lingkungan perumahan menunggu apa yang akan terjadi kemudian.

Jadi, apakah masih berlaku kalimat "TETANGGAMU ADALAH SAUDARA TERDEKATMU" ? Semoga semua pihak bisa melakukan pendekatan yang terbaik agar kehidupan bertetangga menjadi lebih harmonis lagi. Bagaimanapun tetangga adalah orang terdekat yang bisa kita minta pertolongan saat ada masalah.

"TETANGGAMU ADALAH SAUDARA TERDEKATMU"

No comments:

Post a Comment